Setelah kita di hebohkan dengan kasus Formalin yang banyak di temukan sebagai bahan pengawet di beberapa produk susu kaleng, makanan, biscuit maupun permen kini ada kabar yang lebih mngejutkan lagi… Bahwa Phenylpropanolamin adalah obat influensa (decongestant) yang selama ini kerap sekali dikonsumsi oleh masyarakat kita. Namun ternyata sejak 1 Maret 2009 ini oleh Badan Pengawasan Obat & Pangan Pemerintahan Amerika atau yang lebih dikenal dengan FOOD AND DRUG ADMINISTRATION (FDA) menarik peredaran beberapa jenis obat karena terbukti dapat menyebabkan PENDARAHAN di OTAK sebagai dampak sampingnya. Di Indonesia sendiri terdapat kira2 100 obat-obatan yg mngandung phenylpropanolamine & sering dipakai oleh masyarakat, obat-obatan itu antara lain:
- Decolgen,Decolsin, Sinutab,Allerin, Bodrexin,Contac 500, Cosyr (terutama untuk anak-anak),
- Flucyl,Fludane,Flugesic
- Inza,Komix,
- Mixaflu,Mixagrip,
- Nalgestan,Neozep forte
- Nodrof,
- Paratusin,Procold, Rhinopront,Rhinotussal,Sanaflu,Siladex, Stopcold,
- Triaminic drops (untuk anak2),
- Tusalgin
Bagaimana..???? Terlepas dari itu semua kayaknya lebih baik kembali ke alam. Tul Ga..?? Ya bisa di bilang cari obat dari alam/ alami tanpa bahan-bahan kimia yang saat ini makin mengkhawatirkan.
Tulisan saya tersebut merupakan informasi pertanggal 1 maret 2009, yang mana daftar obat-obatan tersebut telah di tarik dan telah di formulakan ulang. Tujuan saya posting tulisan tersebut hanyalah ingin berbagi informasi & mengajak sebaiknya mari kita kembali ke alam, gunakan kekayaan alam kita ini. Banyak obat alam yang mampu melawan berbagai penyakit. Untuk informasi lebih lanjut silahkan baca tulisan berikut untuk mengetahui info yang lebih jelas :
Tadi pagi, aku dapet sms dari seorang sahabat yang mengabarkan bahwa Badan Pengawasan Obat dan Pangan USA (FDA) telah menarik produk obat-obatan yang mengandung Phenylpropanolamine (PPA) karena telah terbukti menyebabkan pendarahan otak. Phenylpropanolamine (PPA) adalah adalah sintetis dari senyawa sympathomimetic amine yang secara struktural mirip dengan presor amines epinephrine, phenylephrine, aphedrine dan stimulan sistem saraf pusat seperti ephedrine dan amphetamine (sumber). Di Indonesia PPA merupakan sediaan umum yang terdapat dalam obat flu dan batuk-pilek, dan tentu saja ratusan merk obat flu yang beredar luas di masyarakat hampir semuanya mengandung PPA.
Berhubung saat ini saya sedang flu berat dan sedang mengkonsumsi Neozep Forte (yang setelah saya baca di bungkusnya ternyata mengandung PPA sebanyak 15 mg), tentu saja saya kaget dan sedikit panik. Jurus andalan berkonsultasi dengan mak gugel-pun saya lakukan Laughing
Dari hasil pencarian sana-sini, bisa saya ambil pelajaran sebagai berikut:
Ternyata, kasus PPA ini bukan kasus baru. Menurut link ini, PPA sudah ditarik di Amerika sejak tahun 2000. Penarikan ini diikuti oleh Malaysia dan Singapura. Karena di negara-negara tersebut PPA tidak hanya digunakan sebagai decongestant (obat flu) melainkan juga diproduksi sebagai campuran obat-obatan penurun berat badan (PPA juga dapat menekan nafsu makan).
Sementara itu, negara-negara lain seperti negara-negara Eropa, Jepang, Filipina dan Australia tidak menarik PPA dari pasaran. Indonesia sendiri, berdasarkan keputusan rapat Komisi Nasional Penilai Obat Jadi (Komnas POJ) 5 Desember 2000, tetap mengizinkan penggunaan PPA sebagai bahan aktif obat flu dan batuk. Namun, dosisnya dikurangi dari 25 mg per takaran menjadi 15 mg per takaran. Dan sejak 16 April 2001, Indonesia (BPOM) telah melarang peredaran semua obat yang mengandung phenylpropanolamine (PPA) lebih dari 15 mg per takaran.
Saya sedikit lega, karena kandungan PPA dalam Neozep Forte yang saya minum masih dalam batas aman versi BPOM (15 mg). Tapi mengingat efek samping yang bisa ditimbulkan PPA ternyata cukup mengerikan, sepertinya saya tidak boleh lagi terlalu gampang minum obat. Ya ya.. sepanjang virus-virus flu ini masih bisa dibantai dengan vitamin C, saya pilih menjauh dari obat flu deh, hehe.
Saran saya, selalu perhatikan informasi yang tercantum dalam setiap kemasan obat. Kalau perlu, kita cek satu-satu informasi seputar tiap zat yang terkandung di dalam obat itu. Informasi yang saya maksud adalah seputar khasiat dan efek samping, dosis yang aman per takaran atau dosis aman maksimal per hari. Oiya, untuk PPA, berdasarkan link ini, dosis yang diijinkan di Indonesia jauh lebih sedikit dibanding dosis yang diizinkan di Inggris maupun Amerika. Yaitu per takaran 10-25 mg. Pemakaian per hari yang diijinkan maksimal 75 mg untuk orang dewasa dan 37,5 mg untuk anak usia 6-12 tahun dan tidak dianjurkan digunakan untuk anak dibawah usia 6 tahun.
Jadi, yuk makin hati-hati dan teliti dalam memilih dan mengkonsumsi obat. Karena bedanya obat dan racun ini tipis sekali Wink.
dari : Meme
hiiii ngeriii
pemerintah kok mau bunuh rakyatnya pelan2 ya
trus lembaga pengawasan tuh apa kerjanya kenapa terlambat diantisipasi?
huh capek jadinya mikirin negeri ini